DIALOG

APOLOGENETIK




P
Alkitab adalah satu-satunya autoritas yang kita perlukan.
J
Mat 18:17-18 : Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.

Jika Alkitab dalah satu-satunya autoritas yang kita perlukan, lalu mengapa St. Matius menyuruh kita untuk pergi kepada jemaat (Gereja) untuk menyelesaikan perselisihan dan tidak kepada Alkitab ? Jemaat yang dimaksud disini bukanlah 2 atau 3 orang saksi atau 2 atau 3 orang yang berkumpul dalam nama Tuhan, namun adalah autoritas apostolic yang berkuasa untuk mengikat dan melepaskan (dosa). Jika segala sesuatu yang kita butuhkan ada dalam Alkitab, mengapa ada lebih dari 30.000 denominasi gereja yang mengklaim alkitabiah, namun mengajarkan doktrin-doktrin yang sangat berbeda satu sama lain ? Gereja yang didirikan Kristus adalah satu dan menyatu, bukan banyak dan berbeda-beda.


           
P
Alkitab adalah satu-satunya buku yang kita perlukan.
J
Yoh 21:25 : Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.

Jika Alkitab dimaksudkan sebagai sebuah buku pegangan inklusif (komplit dan tidak membutuhkan hal lain diluar itu) yang lengkap tentang bagaimana mengelola sebuah gereja, struktur gereja, dan mengajarkan seorang Kristen semua yang mereka harus ketahui, mengapa seseorang tidak dapat menemukan metode atau tata cara perayaan pernikahan didalamnya ? Terutama karena pernikahan adalah sebuah penyatuan antara laki-laki dan perempuan oleh Tuhan sendiri. Perayaan pernikahan pada kenyataannya adalah sebuah tradisi yang telah diwariskan melalui beberapa generasi dan relative tidak berubah sejak awal mula Gereja Katholik. Gereja-gereja yang lain pun akhirnya menirunya.



P
Alkitab adalah satu-satunya sumber autoritas Firman Allah
J
Rom 10:17: Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.

Iman kita biasanya tidak dimulai ketika kita membaca Alkitab. Iman biasanya lahir dan berkembang melalui apa yang kita dengar dari orang lain (orang tua kita, keluarga, teman, dll). Penyebaran iman melalui oral adalah yang dimaksudkan pada ayat ini. Alkitab mengatakan pada kita bahwa iman kita datang dari pendengaran terhadap Firman Allah. Alkitab dibaca dan digunakan untuk mengajar, tapi Alkitab bukanlah satu-satunya sumber wahyu Allah.




P
Alkitab autoritas tunggal yang mengajarkan Sabda Allah.
J
2 Tim 2:2 : Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.

St. Paulus menyuruh Timotius untuk mengajar orang lain seperti yang telah diajarkan kepadanya dari apa yang didengarkannya, bukan dari apa yang dibacanya. Tidak berarti bahwa alkitab tidak penting, tapi ide bahwa hanya Alkitab-lah autoritas tunggal yang dengannya Allah berbicara kepada manusia adalah salah. Para rasul menulis dan mengajar, dan dengan demikian membentuk tradisi oral dan tulisan yang digunakan di dalam Gereja untuk saling menguatkan iman. Proses ini disebut dengan katakese? yang berasal dari kata kerja Yunani yang berarti memantulkan kembali atau menyuarakan ulang.





P
Firman Allah yang tertulis adalah satu-satunya autoritas (kuasa) yang mengikat.
J
1 Pet 1:25 : tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya." Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu.

Mewartakan Firman sama artinya dengan mengajarkan Firman. Disini St. Petrus menyatakan bahwa apa yang telah diajarkan bersifat mengikat semua orang yang telah mendengarkannya. Mereka harus tetap patuh, bersyukur dan menjalankan cinta kasih persaudaraan. Jemaat Kristen awal tidak membawa-bawa Alkitab bersama dengan mereka, karenanya apa yang dikatakan St. Petrus sangat masuk akal. Apa yang mereka dengar bersifat mengikat. Gereja Katholik menyebut pengajaran melalui oral ini Tradisi Suci? yang biasanya ditulis dengan huruf T? besar untuk membedakannya dengan tradisi manusia (huruf t kecil).




P
Hanya Alkitab lah yang kita butuhkan.
J
2 Tim 3:16-17: Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik

Gereja Katholik setuju dengan apa yang dimaksudkan oleh ayat ini… namun jangan mengartikannya secara ekstrim seperti yang dilakukan oleh beberapa orang non-Katholik. Dikatakan disitu bahwa tulisan memang berguna, tapi tidak dikatakan harus ada. Konsep Sola Scriptura tidak didukung oleh ayat ini meskipun banyak orang telah mencoba untuk membuatnya demikian. Alkitab adalah kumpulan dari tulisan-tulisan dan kejadian-kejadian yang berlangsung selama sejarah terbentuknya Alkitab. Tulisan-tulisan tersebut penting tapi bukanlah sebuah buku pegangan inklusif (komplit dan tidak membutuhkan hal lain diluar itu) untuk menjadi seorang Kristen atau mengelola sebuah gereja.


J
2 Pet 1:20 : Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri,

Lihatlah kepada siapa ayat ini ditujukan; kepada para rasul. Yesus tidak pernah mengatakan kepada orang banyak bahwa Roh Kudus akan menjaga mereka. Kita harus bersandar kepada kuasa mengajar Gereja yang tidak dapat salah yang telah diwariskan kepada kita melalui suksesi apostolic selama hampir 2000 tahun. Penafsiran sendiri-sendiri mengarah kepada perpecahan, bukan persatuan. Berapa banyak gereja yang mengklaim mengajarkan injil yang sejati ? Lebih dari 30.000 denominasi. Yang mana adalah gereja sejati ? Yang didirikan oleh Kristus sendiri 2000 tahun yang lampau !
J
2 Pet 3:16 : Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain.

Ayat ini adalah sebuah peringatan keras kepada mereka yang mencoba untuk mengerti Alkitab dengan pengertian mereka sendiri, terutama mereka yang tidak sungguh-sungguh ingin belajar atau tidak teguh imannya. Menginterpretasikan Alkitab secara salah bisa membawa kepada kehancuran. Meminta petunjuk kepada Gereja yang memiliki kuasa mengajar yang tidak dapat salah adalah jaminan untuk menemukan kebenaran di dalam Alkitab. Membaca Alkitab sendiri sangat dianjurkan namun harus dilakukan di dalam terang ajaran Gereja Katholik. Gunakanlah Katekismus Gereja Katholik ketika anda mempelajari Alkitab.



J
Ef 2:20 : yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.

Gereja didirikan diatas para rasul dan para nabi dengan Yesus sebagai batu penjuru. Para rasul dan penerus-penerus selanjutnya adalah pemegang autoritas di dalam Gereja awal, sama seperti sekarang. Alkitab tidak disatukan menjadi satu buku sebelum 393 M. Suksesi Apostolik adalah autoritas utama sebelum waktu tersebut. Tradisi oral sangat diandalkan pada masa tersebut, karena banyak surat dan kitab masih sedang ditulis. Tidak ada yang tahu kitab mana yang betul-betul benar sampai 393 M.



J
Mat 28:19-20 : Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Ayat ini menceritakan tentang Pengutusan Agung. Disini Yesus menyuruh para muridNya untuk membaptis dan mengajar apa yang telah diajarkanNya kepada mereka. Ia tidak menyuruh mereka untuk pergi dan menulis kitab. Yesus sendiri tidak pernah menulis kitab, yang akan menjadi sangat logis untuk dilakukan jika memang dia ingin membangun gerejaNya berdasarkan pada sebuah kitab. Gereja dibangun berdasarkan pengajaran dengan cara mengajarkan apa yang telah diajarkan oleh Yesus. Jadi, iman timbul dari pendengaran (Rom 10:17). Gereja telah ada sebelum Alkitab.




P
Setiap orang Kristen memiliki Autoritas untuk menafsirkan Alkitab
J
Yoh 14:26 : Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.

Pada malam perjamuan terakhir, Yesus mengatakan kepada para rasul bahwa Roh Kudus akan datang dan mengajar mereka dan juga mengingatkan mereka akan apa yang telah Ia ajarkan kepada mereka. Yesus berbicara hanya kepada para rasul, tidak kepada orang banyak seperti yang biasa Ia lakukan. Ia memberikan kuasa untuk memimpin dan menafsirkan hanya kepada para rasul dan penerus-penerusnya. Kita, sebagai orang Katholik yang setia, tunduk kepada Kristus dan menurut kepada GerejaNya yang akan memimpin dan mengajar kita.




P
Tulisan-tulisan Bapa-bapa Gereja Awal mendukung Sola Scriptura !
J
St. Agustinus, St Athanasius









St. Yohanes Krysostomus (344-407)

Dengan alasan kuat para Rasul memerintahkan agar diperingati orang-orang yang sudah meninggal, karena mereka mengetahui bahwa ini sangat menguntungkan mereka. (Hom. 3 in Epist. Ad Phil. 3, 4. MG 62, 203)


St. Ambrosius dari Milano (333-397)

Jika doaku terkabulkan, kalian berdua, Gratius dan Valentinianus (dua kaisar yang wafat waktu itu) akan bahagia. Bagi kalian tidak ada hari yang terlupakan. Tak ada doa yang lupa kupanjatkan bagi kehormatan kalian. Tidak akan ada malam yang kulewatkan tanpa memanjatkan doa bagi kalian. Pada setiap pengurbanan, aku akan ingat pada kalian. (De obitu Valent. N.78. ML 16, 1381)
J
St. Agustinus dari Hippo (354-430)

Doa Gereja sendiri atau doa masing-masing umat beriman bagi beberapa saudara yang sudah meninggal dunia, dikabulkan. Itulah doa untuk mereka yang dilahirkan kembali dalam Kristus, padahal hidupnya di dunia tidak begitu jelek, sehingga dianggap tidak pantas menerima belaskasihan, namun juga tidak begitu bagus, sehingga mereka dianggap tidak memerlukan belas kasihan itu. (De. Civ. Dei. 21, 24, 2. ML 41, 739)
J
St. Ephraem dari Syria (306-373)

Jika tigapuluh hari setelah kematianku sudah lewat, para saudara hendaknya mengadakan peringatan untukku. Sebab orang-orang meninggal ditolong dengan kurban dari orang-orang yang masih hidup. Jika anak buah Matatias, mempertahankan kebiasaan sacral untuk menebus kesalahan para anggota tentara yang gugur dalam peperangan dan tidak setia kepada lembaganya (2 Makabe 12: 32-46), lebih-lebih itulah para Imam menebus kesalahan orang-orang yang sudah meninggal. Anak buah Matatias menebus kesalahan dengan memberikan kurban, seperti yang kita baca. Para Imam memberikan kurban dan memanjatkan doa. (Testame 72: 78. A G 2, 401)

Tulisan Ephraem ini juga menunjukkan bahwa pada masa itu Kitab Makabe diakui sebagai Kanon dan dijadikan dasar untuk pengajaran doktrin.
J
Pesan St. Monika kepada St. Agustinus sebagaimana ia catat di buku Pengakuan ((Confessiones)

Kuburkan badanku ini dimana kau kehendaki; janganlah merpeotkan kamu. Hanya inilah yang kuminta, agar kamu, dimana kau berada mendoakan aku di Altar Tuhan (Conf. I. 9. c. II, 27. ML 32, 775)
J
2 Makabe 12:39-45

Dalam perikop ini kita menemukan suatu ajaran bahwa mereka yang masih menjalani pemurnian di dunia yang akan datang, dapat kita bantu dengan doa-doa kita.


J
St. Cyrillus dari Yerusalem (313-386)

Kita memperingati arwah para Bapa yang Kudus dan Uskup, dan juga semua arwah saudara kita yang sudah meninggal dunia, karena kita percaya, bahwa sambil mempersembahkan kurban yang suci dan agung, permohonan yang kita unjukkan merupakan pertolongan bagi jiwa-jiwa mereka. Kalau seorang raja membuang beberapa abdi istana yang menghina dia, dan kalau kepada sang raja dipersembahkan bunga yang dirangkai oleh sanak keluarga mereka sebagai silih atas kesalahan abdi istana yang dibuang, apakah sang raja tidak akan meringankan hukumannya? Demikian juga, jika kita mempersembahkan rangkaian doa untuk saudara-saudara yang meninggal dunia kita akan memperoleh pengampunan bagi mereka berkat jasa Yesus Kristus (Catch. Myst. 5, 9en. 10. MG 33, 1116)
J
Tertullianus (160-222/3)

Istri berdoa untuk arwah suaminya yang meninggal dan mohon keringanan untuk kesedihannya. Dia mempersembahkan kurban pada hari ulang tahun kematiannya (De Monogamia, 10. ML 2, 942)


J
Matius 12:32 : Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak.

Ayat ini menyatakan bahwa beberapa jenis dosa dapat diampuni di dunia? yang akan datang. Jika seseorang meninggal dan pergi ke neraka, sedikitpun dosa mereka tidak akan diampuni. Tidak ada dosa yang dapat dihapuskan di surga, karena tidak ada yang tidak suci yang dapat masuk. Karenanya, satu-satunya penjelasan logis adalah adanya tempat ketiga dimana dosa masih dapat diampuni. Gereja Katholik menamakan tempat ini Api Penyucian (purgatory).


J
1 Kor 3:15 : Jika pekerjaannya terbakar ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.

Ayat ini berbicara mengenai orang-orang yang sedang mengerjakan keselamatan (Filipi 2:12) diatas satu-satunya fondasi yaitu Yesus Kristus dan pekerjaannya terbakar oleh dosa-dosa ringan mereka. Mereka ini rugi namun tetap diselamatkan.
Ayat ini tidak mungkin berbicara mengenai dosa berat, karena dosa berat biar dilakukan sekali saja sudah mendatangkan maut.

Namun begitu orang tidak dapat masuk surga kalau masih mempunyai dosa walaupun satu dosa ringan saja. Mereka harus menjalani pemurnian terlebih dahulu. (Inilah mengapa Purgatorium [purge=membersihkan, memurnikan] dibayangkan sebagai Api dan diterjemahkan menjadi Api Penyucian.

Mat 5:26
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.

Kita harus melunasi semua hutang dosa kita (yang ringan sekalipun) sebelum kita bisa masuk kedalam Kerajaan Surga.


J
1 Petrus 4:6 : Itulah sebabnya maka Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang mati, supaya mereka, sama seperti semua manusia, dihakimi secara badani; tetapi oleh roh dapat hidup menurut kehendak Allah.

Benar jika dikatakan bahwa surga dan neraka adalah dua tujuan akhir bagi jiwa manusia. Namun, pada ayat ini Petrus mengatakan bahwa Yesus pun memberitakan Injil kepada orang mati, dan tidak mungkin di surga, karena surga belum dibuka, dan tidak mungkin di neraka karena mereka yang ada di neraka tidak akan bisa mendengarkan dari firman Tuhan. Sehingga, secara logika kita melihat adanya sebuah tempat ketiga. Orang Katholik menamainya Api Penyucian (purgatory); suatu tempat dimana kesombongan dan keegoisan kita dibersihkan dari jiwa kita sebelum dapat masuk ke surga.


J
St. Gregorius dari Nyssa (335-394)

Manusia tidak akan memiliki sifat kealllahan, jika api yang memurnikan tidak membersihkan noda yang melekat pada jiwanya (Or. De mortuis. MG 46, 525)
J
St. Cyprianus (200-258)

Berbeda dengan dimasukkan kedalam penjara sampai hutangnya terbayar lunas (Mat 5:26), berbeda dengan menerima secara cepat upah atas iman dan kebajikan, berbeda dengan kesedihan yang lama diderita dalam api untuk pembersihan dan pemurnian (Ep. 55, 20. ML 3, 786)







J
Mat 27:56 : Di antara mereka terdapat Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus.

Ayat ini menunjukkan bahwa beberapa orang yang dikatakan sebagai saudara Yesus di Mat 13:55-56, bukanlah saudara kandungnya, tapi kemungkinan besar adalah saudara sepupunya. Tidak ada kata dalam bahasa Aramaic atau Ibrani bagi saudara sepupu atau saudara dekat lainnya. Kejadian seperti ini bukannya tidak lazim dalam Alkitab. Kej 14:14 menyatakan Lot sebagai saudara Abraham namun kita tahu bahwa dia adalah keponakan Abraham dari Kej 11:27. Praktik yang serupa juga dilakukan pada jaman sekarang ketika kita memanggil orang-orang dalam kongregasi sebagai frater (brother) atau suster (sister).

Lihat topik mengenai Maria
J
Yoh 19:25 : Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.

Dengan ayat ini dan di Mat 27:56, kita tahu bahwa Perawan Maria yang Terberkati memiliki seorang saudara perempuan atau saudara ipar yang juga bernama Maria. Maria ini memiliki anak yaitu Yakobus dan Yoseph yang adalah saudara sepupu Yesus. Dengan tidak adanya kata sepupu, maka digunakanlah kata saudara. Ada sebuah kata untuk sepupu dalam bahasa Yunani namun penerjemah kuno melakukan transliterasi dan bukan terjemahan yang ketat dari bahasa Ibrani / Aramaic. Ini dilakukan untuk dapat menangkap maksud literal bahasa Ibrani dari teks tersebut.
J
Kej 14:14 : When Abram heard that his kinsman (brother) [KJV & Douay-Rheims] had been taken captive, he lead forth his trained men, [RSV-CE]
Ketika Abram mendengar, bahwa anak saudaranya tertawan, maka dikerahkannyalah orang-orangnya yang terlatih, yakni mereka yang lahir di rumahnya, tiga ratus delapan belas orang banyaknya, lalu mengejar musuh sampai ke Dan.

Dalam banyak terjemahan, ayat ini akan menyatakan Lot sebagai saudara Abraham, namun kita tahu bahwa ia adalah keponakan Abraham dari Kej 11:27. Lot sebenarnya adalah anak dari saudara Abraham, Haran. Tidak ada kata-kata dalam bahasa Ibrani untuk sepupu atau keponakan karenanya kata saudara biasa digunakan untuk menggantikannya. Beberapa terjemahan akan lebih cermat menggunakan kata kinsman (sanak saudara) untuk menunjukkan hubungan keluarga.





J
2 Raj 2:11 : Sedang mereka berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke sorga dalam angin badai.

Seperti Enokh (Kej 5:24), Elia juga diangkat langsung ke surga. Gereja Katholik mengajarkan bahwa Maria juga diangkat ke surga. Perhatikan kata diangkat, Tuhanlah yang melakukannya, bukan Maria dengan kuasanya sendiri yang melakukannya. Kita harus memisahkan antara kenaikan dan pengangkatan. Yesus naik ke surga; Maria diangkat ke surga. Kepercayaan ini (Tradisi) berasal dari Gereja Awal. Ini juga yang menjelaskan mengapa tidak ada orang yang mengklaim mengetahui kuburan atau relikui bunda Maria seperti orang-orang kudus umumnya.



J
Kej 3:15 : Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya."

Jika perempuan yang akan memiliki keturunan (Yesus) yang akan meremukkan kepada setan memiliki dosa, maka berarti ia memiliki benih kejahatan (iblis). Jika demikian, ayat tersebut akan berbunyi, Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, dan antara keturunanmu dan keturunan dari keturunanmu (perempuan). Perhatikan bahwa perempuan yang disebut pada ayat ini tidak dihubungkan dengan benih kejahatan (iblis). Yesus, sebagai bayi manusia yang lemah dan tak berdaya tidak pernah melakukan dosa, sehingga semua? tidak benar-benar berarti setiap? orang.



J
2 Sam 6:23 : Mikhal binti Saul tidak mendapat anak sampai hari matinya

Ini adalah contoh lain penggunaan kata sampai yang tidak berarti bahwa ada sesuatu yang terjadi setelah suatu kejadian. Mikhal tidak melahirkan sampai ia meninggal ! Kata sampai tidak berarti bahwa Mikhal memiliki anak setelah ia meninggal. Pengertian kata sampai dalam dunia barat dapat membuat salah pengertian. Ini dibuktikan di Mat 1:25. Maria dan Yoseph tidak bersetubuh sampai kelahiran Yesus sehingga mereka tidak memiliki anak yang lain. Lihat juga bagaimana penggunaan kata sampai di Kej 8:7 dan Ul 34:6.




J
Luk 1:41-42 : Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.

Karena dorongan Roh Kudus, Elisabeth menyatakan bahwa Maria adalah perempuan yang paling diberkati/terpuji di hadapan Allah. Di ayat 48, Maria mengatakan bahwa segala keturunan akan menyebutnya sebagai Yang Berbahagia. Mengapa orang Protestant tidak mau melakukannya ? Bahkan Martin Luther pun memiliki penghormatan yang sangat tinggi kepada Maria. Hanya pada beberapa ratus tahun terakhir ini saja muncul ketidak pedulian dan penghinaan terhadap Maria. Jelas bahwa ini sama sekali bukan sikap jemaat Gereja Awal ataupun orang Kristen sebelum atau pada masa reformasi Protestant.



J
Lukas 1: 43 : And why is this granted me, that the mother of my Lord should come to me?
Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?

Elisabeth menyebut Maria sebgai Ibu Tuhanku?. Lord? bagi orang Yahudi dan di dalam Perjanjian Baru mengacu hanya kepada Tuhan. Ini tidak berarti bahwa Maria adalah ibu dari Bapa, namun hanya bagi sang Putera; yang adalah benar benar Allah sekaligus benar benar Manusia. Menolak mengakui bahwa Maria adalah Bunda Tuhan sama saja dengan menolak mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan.



J
Luk 1:28 : And he came to her and said, Hail, full of grace, the Lord is with you
Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."

Terjemahan bahasa Indonesia kurang menunjukkan penekanan ucapan malaikat Gabriel pada Bunda Maria. Dalam ayat ini, malaikat Gabriel menyatakan bahwa Maria penuh dengan rahmat Ilahi (kecharitomene [Gk]=perfected in grace [disempurnakan dalam rahmat]). Beberapa terjemahan menggunakan kata highly favored? (sangat disukai?) yang adalah terjemahan yang kurang tepat dari bahasa Yunani. Full of grace? (Penuh Rahmat) yang berarti tidak ada tempat bagi dosa. Ayat ini menunjukkan bahwa Maria adalah manusia yang sangat special. Luk 1:37 Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." Dan Rom 3:23 menulis Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah?. Ayat ini tentu tidak ditujukan pada Maria, seperti ayat ini tentu tidak ditujukan kepada Yesus, bayi-bayi atau Adam dan hawa sebelum kejatuhan. Kata semua dalam ayat ini dipakai untuk menunjuk pada manusia secara umum.



J
Lukas 1:47-48 : and my spirit rejoices in God my Savior, for he has regarded the low estate of his handmaiden. For behold, henceforth all generations will call me blessed;
dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia,

Orang Katholik tidak menyembah Maria ! Dalam ayat ini Alkitab mencatat kata-kata Maria sendiri yang menyatakan bahwa semua keturunan / generasi akan menyebutnya sebagai yang terberkati (yang berbahagia). Orang Katholik hanya melakukan apa yang telah dituliskan dalam Alkitab dengan memberikan penghormatan kepada Bunda Maria seperti yang sudah selayaknya. Mengapa orang Protestant tidak melakukannya ? Jika Maria tidak mau menuruti keinginan Allah, dimanakah kita akan ada sekarang ? Maria juga mengakui bahwa ia juga membutuhkan seorang penyelamat. Kita dibebaskan dari dosa asal ketika kita dibaptis, sedangkan Maria dijaga dari dosa asal pada saat konsepsi (pembuahan). Tuhan tidak dapat dibatasi oleh waktu.



J
Apology lengkap yang menjawab keberatan-keberatan protestan terhadap Maria
Menjawab Sanggahan Protestant terhadap Maria

DeusVult me-refute artikel berjudul Ajaran mengenai Maria (Mariologi) oleh: Budi Asali (seorang pendeta protestan) yang berisi keberatan-keberatan terhadap Maria.







J
Wah 4:8 : dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."

Dalam ayat ini kita membaca bahwa para malaikat di surga memuji Tuhan siang dan malam dengan mengatakan hal yang sama berulang-ulang. Jika hal ini juga termasuk dalam perulangan doa yang sia-sia, Tuhan tidak akan mengijinkannya terjadi di surga. Tuhan tidak melarang doa yang berulang-ulang hanya pengulangan doa yang sia-sia (bertele-tele). Jika doa diucapkan dengan rasa hormat dan ucapan syukur kepada Tuhan yang datang dari hati, doa-doa tersebut tidaklah sia-sia. Siapakah yang berhak menghakimi jika doa seseorang adalah sia-sia ? Bagaimana kita bisa mengetahui hati seseorang ? Hanya Tuhan yang dapat membaca hati kita. Pengulangan bukanlah suatu masalah, pengulangan yang sia-sia (bertele-tele) memang tidak berguna.
J
Mat 26:44 : Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga.

Benar bahwa Alkitab melarang pengulangan doa yang sia-sia (bertele-tele). Doa Rosario walaupun terdiri dari doa-doa yang sama, bukanlah doa yang sia-sia, sama seperti doa Yesus yang dituliskan pada ayat tersebut juga bukan suatu kesia-siaan. Jika hati dan pikiran kita tertuju pada Allah, siapakah yang dapat menyatakan apakah sebuah adalah kesia-siaan. Kebanyakan orang yang bersikap sinis terhadap doa rosario tidak mengerti bahwa doa tersebut adalah doa kontemplasi (perenungan) terhadap misteri kehidupan Yesus Kristus. Perenungan yang berulang-ulang terhadap misteri-misteri ini hanya akan membawa seseorang semakin dekat kepada Kristus. Cobalah dan anda akan bisa merasakannya !






J
Luk 1:6 : Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat.

Ayat ini menceritakan Zakaria dan Elisabeth yang hidup secara benar. Ayat yang menyatakan tidak ada yang benar, tidak ada yang berbuat baik, telah diambil keluar dari konteksnya. Ayat di Rom 3:10-12 ini dikutip dari Mazmur 14:1-4. Di dalam Maz 14, pemazmur berbicara tentang dua tipe manusia, orang yang jahat yang memakan habis umat Allah dan kemudian ayat 5, pembentukan angkatan yang benar (generation of the righteous). Juga lihat Luk 2:25, 5:32 15:7, 23:50, Rom 5:19 Ibr 10:37-38, Kej 6:9, 7:1, 38:26.
J
Rom 5:19 : Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.

Kita tidak hanya dinyatakan telah dibenarkan. Karena oleh Adam kita tidak dinyatakan sebagai orang berdosa, kita dibuat menjadi orang berdosa. Jadi melalui pembenaran lah kita bisa dibenarkan (dibuat / dinyatakan sebagai benar). Ayat ini dengan jelas menunjukkan perbedaan keberdosaan kita dari pembenaran kita. Keduanya dibuat, tidak dinyatakan. Menolak menyatakan bahwa kita dibuat menjadi benar (dibenarkan) sama dengan tidak mengakui bahwa kita telah dibuat menjadi berdosa karena Adam. Kita tidak hanya disebut sebagai anak Allah, kita adalah anak Allah, 1 Yoh 3:1.
J
Mat 25:21 : Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.

Ayat tersebut (Rom 3:10-12) telah dipakai diluar konteks, silahkan membaca konteks yang benar dari ayat tersebut di Maz 14:1-5. Tentu saja ada orang yang melakukan perbuatan baik atau Yesus dengan sengaja ingin menyesatkan orang. Ketika Maria mengurapi kaki Yesus (Mar 14:6) Yesus berkata, Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku.
Tentu saja kita tidak dapat melakukan kebajikan oleh karena diri kita sendiri sehingga kita bisa berkata, lihatlah Yesus, kami telah melakukan perbuatan baik.? Adalah Kristus yang bekerja di dalam kita ketika kita melakukan perbuatan baik. Ayat-ayat lain tentang melakukan perbuatan yang baik : Mat 5;16, 12:35 Mar 3:4 Luk 6:27,33.




J
1 Yoh 5:16-17 : If any one sees his brother committing what is not a mortal sin, he will ask, and God will give him life for those whose sin is not mortal. There is sin which is mortal; I do not say that one is to pray for that. All wrong doing is sin, but there is sin which is not mortal.
Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa.
Semua kejahatan adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut.

Dosa besar dan dosa kecil dapat ditemukan di alkitab. Dalam ayat ini St. Yohanes mengidentifikasikan 2 tipe dosa. Ia memperlihatkan adanya tingkatan dosa. Beberapa dosa berakibat fatal (mendatangkan maut) dan akan memusnahkan rahmat yang diperlukan bagi keselamatan kita. Beberapa dosa meskipun kecil (tidak mendatangkan maut) meskipun tetap adalah dosa dan tetap merupakan perlawanan melawan Tuhan, namun tidak digolongkan sebagai dosa yang mendatangkan maut.


J
St. Ambrosius dari Milano (333-397)

Seperti hanya ada satu permandian, demikian juga hanya ada satu hukuman yang dilakukan secara terbuka; karena dosa ringan (cotidiani) harus kita sesali juga, tetapi ini hanya mengenai dosa ringan, yang disebutkan sebelumnya adalah dosa-dosa berat (De Paen 1, 10, 95. ML 16, 520)
J
St. Agustinus dari Hippo (354-430)

Beberapa dosa adalah pelanggaran berat….yang harus selalu kalian hindari jauh-jauh, dosa-dosa lain adalah ringan, yang sulit kita hindari dalam hidup ini (Serm 58, 8. Pl. 38, 397)
Apakah ada orang yang lebih tolol dan lebih bodoh daripada orang yang mengira bahwa dosa sama beratnya, jika yang satu tertawa terbahak-bahak dan yang lain membakar kotanya dengan kekejaman yang ganas? Dosa mereka dikatakan sama beratnya, karena mereka berdua bersalah, tikus dianggap sama besarnya dengan gajah karena keduanya adalah binatang dan lalat sama besarnya dengan rajawali karena keduanya terbang (Ep. 104,13,15. Pl 33, 394)
J
Yak 1:15 :Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa, dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.

Roma 6:23a : Sebab upah dosa ialah maut

Kedua ayat ini berbicara tentang dosa yang mendatangkan maut. Sementara mengenai dosa ringan dapat kita lihat:

Yak 3:2
Sebab kita semua bersalah dalam segala hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang yang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.

1 Yoh 1:8
Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada didalam kita.

Kedua orang ini adalah orang Kudus yang diselamatkan Tuhan. Namun mereka berdua tetap mengakui dirinya masih berdosa, dosa yang dimaksudkan disini adalah dosa-dosa ringan.



J
Mat 12:32 : Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak.

Semua dosa selain menghujat Roh Kudus menurut Yesus dapat diampuni di dunia yang akan datang. Jadi dari ayat ini kita dapat menyimpulkan Pemurnian diri dari dosa ini akan kita jalankan di dunia yang akan datang?. Dunia yang akan datang itu tidak mungkin Surga karena disana tidak boleh ada dosa sekecil apapun dan tidak mungkin Neraka dimana sudah tidak ada lagi pengampunan.
J
Markus 3:29-30 Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal." Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat.

Lukas 12:10-12 Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi barangsiapa menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni. Apabila orang menghadapkan kamu kepada majelis-majelis atau kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, janganlah kamu kuatir bagaimana dan apa yang harus kamu katakan untuk membela dirimu. Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan."

Dalam konteks iman dan kebenaran yg pasti Roh Kudus adalah segala kebenaran dihati manusia, karena Tuhan Allah adalah sumber segala dan semua kebenaran.

Seorang yg dapat membohongi dirinya baik itu ateis atau yg beriman, tentu tidak dapat melihat kebenaran. Selama seorang tidak mau melihat kebenaran (masih dalam kondisi membohongi diri) karena kekurangan akan kebenaran lebih lagi diampuni untuk kesalahan yg diapun tidak menyadari karena tidak ada kebenaran. Untuk menyadari dia harus mau menerima Roh Kudus/ Kebenaran untuk dapat melihat kebenaran yg pasti.

Karena seorang tidak mampu untuk menerima adanya kebenaran jelas dia tidak dapat diampuni, karena untuk diampuni dia harus :
a. Menyadari adanya kebenaran.
b. Menyadari kesalahannya.
c. Menyesali dan bertobat atas kesalahan/ dosanya.
d. Mencari pengampunan atas kesalahannya.

Bagaimana dapat diampuni bila orang tsb masih belum dapat memenuhi kondisi dan syarat awal yaitu a, b, c dan d ?
Sederhanya ialah selama seorang dapat membohongi dirinya ia tidak akan dapat menemukan kebenaran karena menolak untuk menerima Roh Kudus.



J
Mengenai Dosa yang tidak terampuni / dosa terhadap Roh Kudus:

Melawan Roh Kudus maksudnya ?
Hujat terhadap Roh Kudus
Markus 3:29 dan Lukas 12:10, dosa yang tak terampuni?

Penjelasan dan diskusi lebih detail mengenai dosa terhadap Roh Kudus.
J
Mengenai Dosa berat dan dosa ringan:
Dosa Berat dan Dosa Ringan

Penjelasan lebih detail oleh DeusVult dilanjutkan dengan diskusi.





J
1 Cor 12:12-13 : Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.

Lihat Tujuh Sakramen di Kitab Suci

Doktrin-doktrin Gereja Katholik bersifat Universal dan tidak berubah. Beberapa orang Katholik mungkin salah mengerti atau salah mengartikan ajaran-ajaran resmi Gereja tapi tidak berarti bahwa ajaran Gereja berubah. Gereja Katholik adalah Gereja yang Satu, Kudus, Katholik (Universal=umum) dan Apostolik. Beberapa umat mungkin akan tersesat, beberapa mungkin akan murtad, beberapa mungkin akan mengajarkan bidat dan semua anggotanya pasti akan berdosa. Namun kesatuan dari Gereja (sebagai Tubuh Kristus) akan selalu utuh.

Lihat Tujuh Sakramen di Kitab Suci



J
Rom 12:4-5 : Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.

Ayat ini menunjukkan bahwa ada banyak peran dimana kita semua dapat berpartisipasi dalam tubuh yang sama. Kita semua adalah anggota dari tubuh yang sama namun telah diberi karunia dan fungsi yang berbeda-beda di dalam jemaat. Suksesi apostolic dimanifestasikan pada Bapa Suci kita, para uskup dan para romo. Fungsi pengajaran dari Gereja (Magisterium) menuntun dan mengarahkan orang-orang beriman agar mereka tidak binasa.



J
Mat 22:10 : Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu.

Tentu saat ini di dalam Gereja juga terdapat orang berdosa, sama seperti yang terjadi di masa Gereja awal (contoh : Yudas Iskariot). Rasul-rasul yang pertama sangat jauh dari sempurna dan sejarah juga tidak mampu mengubah sifat manusia yang condong kepada dosa. Hanya karena rahmat Allah maka Gereja tetap utuh. Gereja memiliki kekudusannya dari Kristus yang adalah Kepala dan karena bimbingan Roh Kudus. Banyaknya orang kudus, mukjizat dan pertobatan juga adalah karunia dari Allah yang bekerja dalam dan melalui Gereja.



J
Luk 10:16 : Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku."

Gereja pada jaman sekarang merefleksikan sebuah hirarki yang didirikan sendiri oleh Kristus pada masa Gereja awal. Para rasul diberi autoritas untuk mengajar dalam nama Kristus. Sekali lagi terlihat bahwa Yesus tidak menyerahkan autoritas kepada banyak orang, hanya kepada 12 orang dan penerus-penerusnya (Lihat Kis 1:20). Tanpa autoritas mengajar yang tidak dapat salah yang dibimbing oleh Roh Kudus, Gereja tidak akan dapat bertahan hingga 2000 tahun. Bandingkan dengan keberadaan lebih dari 30.000 denominasi gereja yang menolak mengakui autoritas ini.
J
Kis 8:30-31 : Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya. Kata Filipus: Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?"
Jawabnya: "Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?" Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya.

Jika sida-sida dari Ethiopia tersebut, yang kemungkinan besar adalah orang yang kaya dan terpelajar, tidak dapat mengerti hanya dengan membaca tulisan-tulisan, bagaimana mungkin kita dapat mengerti tanpa bantuan autoritas mengajar Gereja yang resmi ? Jaminan penyertaan Roh Kudus diberikan kepada para rasul dan kepada Gereja, tidak kepada setiap orang percaya. Gereja memang adalah kumpulan orang-orang percaya, namun adalah fungsi mengajar Gereja (Magisterium) lah yang secara tepat dapat mengajar kaum beriman.




J
Kis 1:20 : "Sebab ada tertulis dalam kitab Mazmur: Biarlah perkemahannya menjadi sunyi, dan biarlah tidak ada penghuni di dalamnya: dan: Biarlah jabatannya diambil orang lain.

Ini adalah salah satu contoh seorang rasul (uskup) yang diganti atau diteruskan oleh orang lain. Petrus (Pemimpin para Rasul) berdiri ditengah tengah orang banyak dan mengatakan bahwa posisi Yudas (keuskupan) harus diisi. Setelah berdoa kepada Tuhan supaya ditunjukkan kepada mereka siapa yang harus mengisi posisi Yudas, mereka membuang undi. Tuhan menjawab doa mereka dengan menjatuhkan pilihan pada Mathias. Sampai sekarang Tuhan masih tetap membimbing Gereja ketika memilih Paus atau ketika mengajar umatNya.



J
Kis 15:7 : Sesudah beberapa waktu lamanya berlangsung pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan berkata kepada mereka: "Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya.

Dalam ayat ini, setelah beberapa lama terjadi diskusi dan perdebatan, Petrus berdiri dan berbicara. Setelah ia selesai berbicara, orang-orang terdiam, mengindikasikan pengakuan terhadap autoritas Petrus; Petrus telah menyatakan pendapatnya. Masalah sunat dan hukum Musa bagi orang-orang bukan Yahudi telah diputuskan oleh Petrus. Konsili Gereja yang pertama yang diadakan di Yerusalem adalah kali pertama Paus yang pertama menjalankan autoritasnya. Yesus memberikan tugas kepada Petrus untuk menggembalakan Gereja di dunia.
J
Mat 16:19 : Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."

Yesus memberikan kepada Petrus kunci Kerajaan Sorga. Ini adalah kunci simbolis yang menandakan autoritas tertinggi diantara para murid Kristus. Autoritas ini memberikan hanya kepada Petrus kekuasaan sebagai gembala yang terutama bagi semua Gereja. Patut dicatat bahwa nama Petrus disebutkan 195 kali di dalam PB, lebih banyak daripada rasul-rasul yang lain bahkan bila digabungkan. Namanya selalu disebutkan pertama kali. Keutamaan Petrus tidak dapat disangkal lagi. Yesus berkata kepada Petrus, Gembalakanlah domba-domba-Ku? Yoh 21:15-17.



J
Kis 2:42 : Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.

Diceritakan disini bahwa para rasul meneruskan ajaran Yesus kepada rasul-rasul yang baru. Suksesi Apostolik (kerasulan) secara jelas dilakukan pada jaman Gereja awal dan kemudian diteruskan sepanjang sejarah. Benar bahwa kita semua dipanggil untuk mentobatkan orang sama seperti yang dilakukan oleh para rasul tapi tidak semua orang dipanggil untuk menjalankan fungsi yang sama seperti para imam (Lihat Titus 1:5).





J
1 Kor 4:4-5 : Sebab memang aku tidak sadar akan sesuatu, tetapi bukan karena itulah aku dibenarkan. Dia, yang menghakimi aku, ialah Tuhan.
Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.

Kita harus membaca apa yang ditulis sebelum ayat 1 Yoh 5;13. St. Yohanes memberikan criteria bagaimana kita bisa tahu bahwa kita akan memiliki hidup kekal. Ia menulis, jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya (2:3), jika kita tidak mencintai hal-hal duniawi (2:15), jikalau hati kita tidak menuduh kita (3:21), Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya ia diam didalam Allah (3:24), Jika kita saling mengasihi (4:12) kita harus mencintai saudara kita (4:20). Jadi jika kita menuruti apa yang ditulis St. Yohanes sebelum ayat 5:13, kita bisa mengetahui bahwa kita akan memperoleh hidup yang kekal. 1 Kor 4:4-5 menunjukkan bahwa suatu saat, Allah akan menghakimi kita.



J
Mat 24:13 : Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.

Tetap teguh, bertahan sampai akhir diperlukan bagi keselamatan kita. Kita harus tetap mencintai Tuhan dan sesama kita melalui kehidupan kita yang membumi. Cinta kita harus merupakan cinta yang aktif dimana kita perlu untuk melakukan? sesuatu untuk mewujudkan cinta kita. Seperti cinta antara suami dan istri perlu ditunjukkan antara yang satu kepada yang lain, kita juga harus menunjukkan cinta kita kepada Tuhan melalui pelayanan kita. Sepanjang Alkitab, Tuhan selalu menuntut umatNya untuk menunjukkan cinta dan ketaatan mereka. Yesus telah membuka pintu bagi kita, tapi kita tetap harus melangkah melalui pintu tersebut.



J
Rom 11:22 : Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamupun akan dipotong juga.

Kita harus bertahan hingga akhir atau beresiko dipotong dari pohon seperti beberapa orang Israel (umat yang dipilih Allah), dan beberapa orang non yahudi (kafir) dimasukkan kedalam umat Allah (Rom 11:16-21). Tuhan bertindak tegas kepada mereka yang berpaling dari padaNya namun mereka yang tetap setia akan mendapatkan kebaikanNya. Ada orang yang mengatakan bahwa keselamatan tidak dapat hilang dan mereka tetap meneruskan perbuatan-perbuatan dosanya seperti tidak ada masalah. Kita semua orang berdosa dan kita harus selalu waspada untuk mengatasi segala bentuk dosa.



J
Mat 6:14-15 : Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.
Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."

Ayat ini menjelaskan bahwa dosa-dosa kita tidak akan diampuni sampai kita mengampuni. Jika kita tidak mengampuni saudara-saudara kita, kita tidak akan diampuni. Pengampunan di masa datang, menandakan tidak mungkin sekali diselamatkan, kita pasti akan selamat?. Agar diampuni dari dosa-dosa kita, kita juga harus menyesal dan mengaku dosa kepada imam yang telah menerima kuasa dari Yesus (Yoh 20:21-23). Ide bahwa semua dosa kita telah diampuni, baik dosa yang lampau, sekarang, maupun yang akan datang adalah tidak alkitabiah. Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh! (1 Kor 10:12)



J
1 Kor 10:12 : Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!

Jika keselamatanmu dijamin dengan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Penyelamat pribadimu, mengapa St. Paulus menulis peringatan demikian kepada umat Korintus ? Ini disebabkan karena keselamatan kita tidak terjamin. Kita harus bekerja keras mengerjakan keselamatan kita kalau kalau kita jatuh. Allah memberi kita rahmat untuk menolak godaan agar tidak jatuh kedalam dosa jika kita tetap dekat kepadaNya dan Sakramen-sakramen Kudus yang diberikanNya kepada kita.



J
1 Kor 9:27 : Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.

St. Paulus menyatakan kepada umat di Korintus bahwa tidak ada jaminan akan keselamatan. Ia mengkhawatirkan keselamatannya meskipun ia telah menjadi pelayan Allah dan menyebarkan injil dengan khotbah-khotbahnya. Ia khawatir akan jatuh kedalam dosa yang berat dan karenanya akan ditolak? masuk ke dalam kerajaan Surga. Jika St. Paulus khawatir dengan keselamatannya sendiri, tidakkah semua orang Kristen harus meniru St. Paulus untuk juga khawatir akan keselamatannya sendiri.



J
Rom 8:24-25 : Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.

Kita harus tetap berharap akan keselamatan kita yang tidak hanya ditentukan oleh penerimaan kita terhadap Yesus sebagai Tuhan dan Penyelamat pribadi kita. Jika keselamatan kita telah dijamin, mengapa kita harus terus berharap dengan sabar ? Mengharap sesuatu berarti ada resiko di dalamnya. Resiko disini adalah resiko bahwa kita mungkin tidak akan diselamatkan pada hari kiamat. Kita harus berlatih untuk bersabar dan secara aktif terus menerus berharap akan keselamatan kita. Berharap untuk diselamatkan adalah sebuah permulaan yang sangat baik namun tidak bersifat menentukan keputusan akhir penghakiman Allah.



J
Mat 19:15-17 : Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah."

Kita semua adalah pendosa dan kita harus datang kepada Allah melalui iman yang setia. Iman yang setia ditunjukkan dengan seberapa baiknya kita mentaati perintah Allah. Kita hanya akan mampu melakukan ini melalui rahmat Allah dan keteguhan untuk mencintaiNya dengan sepenuh hati, pikiran dan tubuh kita. Sepuluh Perintah Allah tidak pernah menjadi Sepuluh Saran Allah ketika Yesus datang ke dunia. Semua tindakan kita harus selalu selaras dengan keinginan Tuhan dengan mengikuti perintah-perintahnya.




J
Kel 25:18-19 : Dan haruslah kaubuat dua kerub dari emas, kaubuatlah itu dari emas tempaan, pada kedua ujung tutup pendamaian itu. Buatlah satu kerub pada ujung sebelah sini dan satu kerub pada ujung sebelah sana; seiras dengan tutup pendamaian itu kamu buatlah kerub itu di atas kedua ujungnya.

Tuhan memerintahkan pembuatan dua patung malaikat yang harus diletakkan pada Tabut Perjanjian. Tabut tersebut membawa barang yang paling suci bagi orang-orang Ibrani. Patung dan gambar tidak dilarang oleh Tuhan. Yang dilarang adalah penyembahan kepada patung atau berhala-berhala tersebut. Umat Katholik tidak menyembah patung, berhala maupun lukisan. Namun, gambar Yesus, Maria dan para kudus digunakan untuk mengingat mereka yang kita cintai dan hormati, sama seperti sebuah foto yang mengingatkan kita pada kerabat yang telah meninggal yang sangat kita cintai.
J
Bil 21:8 : And the LORD said to Moses, Make a fiery serpent, and set it on a pole; and every one who is bitten, when he sees it, shall live.
Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup."

Tuhan menyuruh Musa untuk membuat sebuah image (berupa ukiran) dari seekor ular dan meletakannya pada sebuah tiang sehingga mereka yang telah digigit oleh ular berbisa dapat disembuhkan. Bayangkanlah… sebuah image yang dapat menyembuhkan orang ketika mereka melihatnya. Seperti Kristus juga telah diletakkan pada sebuah tiang sehingga semua orang dapat melihat, sebuah image yang dapat menyembuhkan. Patung-patung, lukisan-lukisan, dan image-image di dalam rumah kita dan dalam Gereja-Gereja kita mengingatkan kita pada mereka yang kita cintai.



J
2 Raja-raja 13:21 Pada suatu kali orang sedang menguburkan mayat. Ketika mereka melihat gerombolan datang, dicampakkan merekalah mayat itu ke dalam kubur Elisa, lalu pergi. Dan demi mayat itu kena kepada tulang-tulang Elisa, maka hiduplah ia kembali dan bangun berdiri.

Relikwi bukanlah sebuah benda tahayul. Selama sejarah, banyak orang yang telah disembuhkan Tuhan melalui potongan tulang, sobekan pakaian milik orang-orang suci. Tuhan menggunakan banyak cara sesuai dengan keinginanNya untuk mencurahkan rahmatNya kepada umatNya. Sebagai ciptaan Tuhan, manusia seringkali berkomunikasi dengan Tuhan melalui panca indera kita dengan menggunakan objek objek pembantu. Ini hanyalah salah satu contoh alkitabiah dimana Allah mendatangkan keajaiban dengan menggunakan tulang dari orang Suci.
J
Matius 9:20-22 : Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya. Karena katanya dalam hatinya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu.

Dalam ayat ini kita baca bahwa juntaian jubah Yesus adalah sebuah alat untuk menyembuhkan. Iman sang perempuan juga sangat penting, namun demikian Tuhan menggunakan sebuah benda sebagai alat untuk menyalurkan rahmat kesembuhanNya. Iman kita bukanlah sebuah iman yang berdasarkan pada tahayul namun adalah sebuah pemberian dari Tuhan yang tetap bersikap pasrah kepada kemurahan dan kehendak Tuhan. Kita harus bersikap terbuka kepada rahmat Tuhan dengan tidak mempermasalahkan sumbernya. Mungkin saja tetangga kita, seorang yang asing, sebuah lukisan yang memberi inspirasi, sebuah cerita atau sebuah relikwi dari orang suci.




J
St. Cyrillius dari Alexandria

Jika kita membuat patung orang-orang saleh, kita tidak bermaksud untuk menyembahnya, melainkan agar kita pada waktu melihatnya didorong untuk mencontohnya (In Ps 113;16 MG 69, 1268)
J
1 Raj 6:29 : Dan pada segala dinding rumah itu berkeliling ia mengukir gambar kerub, pohon korma dan bunga mengembang, baik di ruang sebelah dalam maupun di ruang sebelah luar

Sudah sejak zaman Perjanjian Lama umat beriman memuliakan Allah dengan mempersembahkan karya seni yang bermutu kepada-Nya
Allah tidak melarang pembuatan patung, adalah penyembahan (rohani) kepada patung (yang membuat pikiran manusia beralih dari Tuhan yang Esa) lah yang ditentang oleh Tuhan.

Masih banyak ‘berhala-berhala’ lain dalam hidup kita yang harus kita lawan : ‘uang dan kekayaan’, ‘pangkat’, sex, ‘kesombongan’, ‘kehausan untuk dipuji’ dll. Hal-hal yang kita anggap penting yang membuat Allah tidak lagi menempati posisi puncak dalam hidup kita.
J
St. Germanus dari Konstantinopel

Jika kita menghormati gambar Kristus kita tidak menghormati kayu dan cat melainkan menyembah Allah yang tidak kelihatan dalam Roh dan Kebenaran.




J
Rom 2:5-8 : Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman.

Peringatan St. Paulus yang dituliskan di ayat tersebut menunjukkan sebuah pengadilan yang tegas kepada mereka yang tidak bertahan dalam perbuatan baiknya. Mereka yang egois dan kejam akan membayar perbuatannya. Keselamatan kita dapat hilang jika kita tidak melaksanakan kehendak Bapa. Yang diminta dari kita adalah perbuatan dalam iman dan kasih kepada Allah dan sesama yang bertahan sampai akhir. Apa yang kita lakukan selama hidup di dunia ini memiliki konsekuensi (akibat) yang kekal.



J
Filipi 2:12-13 : Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.

Umat di Filipi diminta untuk menuruti pesan St. Paulus untuk mengerjakan keselamatan mereka dengan takut dan gentar. Apa bedanya dengan kita, jika kita benar-benar adalah orang Kristen Perjanjian Baru ? Tingkah laku kita penting, karena dengan itulah Allah akan menghakimi kita. Ayat ini seharusnya membuat kita merasa gentar sehingga kita terus menerus melakukan keinginan Bapa dalam segala hal. St. Paulus atau penulis-penulis Perjanjian Baru tidak pernah menggambarkan kepastian keselamatan yang tidak perlu dikhawatirkan seperti yang banyak diajarkan oleh pengkhotbah-pengkhotbah pada masa sekarang.



J
Yak 2:24-26 : Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman. Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain? Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.

Perbuatan diperlukan untuk mewujudkan iman yang aktif kepada Yesus Kristus. Istilah Hanya Iman yang sering dipakai oleh orang-orang non-Katholik bukanlah ajaran yang alkitabiah. Ayat ini adalah satu-satunya ayat di dalam Alkitab dimana kata hanya dan iman berada dalam satu kalimat, yang ternyata memiliki makna yang berbeda total. Iman kita harus diwujudkan secara aktif dan berbuah. Iman kita harus menghasilkan buah yang baik bagi diri kita sendiri maupun bagi sesama kita atau iman tersebut adalah mati. Rahmat Allah memberikan kepada kita iman dan kemampuan untuk mengerjakan panggilan Kristus.






J
1 Kor 11:2 : Aku harus memuji kamu, sebab dalam segala sesuatu kamu tetap mengingat akan aku dan teguh berpegang pada ajaran yang kuteruskan kepadamu.
I commend you because you remember me in everything and maintain the traditions even as I have delivered them to you.

Terjemahan bahasa Indonesia kurang menunjukkan makna kata-kata St. Paulus. Didalam ayat ini, St. Paulus mengajar umat Korintus untuk menjaga tradisi yang diajarkan kepada mereka. Umat Korintus tidak menuduh bahwa St. Paulus lah yang ‘menemukan’ tradisi tersebut. Ia mengunjungi mereka, mengajar mereka dan kemudian menulis surat untuk mengingatkan dan menyelesaikan permasalahan yang ada. Bagaimana kita bisa berasumsi bahwa ajaran St. Paulus hanya terdapat dalam surat-surat yang ditulisnya ? Bagaimana dengan surat (kemungkinan lebih dari satu) yang hilang ? Apakah ada bagian dari wahyu Allah yang hilang ? Tidak sama sekali. Tradisi Katholik memasukkan didalamnya wahyu Allah yang tertulis maupun yang diestafetkan secara oral.



J
Kis 20:35 : Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."

Ini adalah salah satu contoh tentang adanya tradisi lisan di Kitab Perjanjian Baru. Tidak ada dimanapun juga kata-kata Yesus ini : Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima. Satu-satunya cara penulis kitab Kisah Para Rasul, yaitu St. Lukas, bisa mengetahuinya adalah melalui tradisi oral, karena ia tidak termasuk di dalam 12 rasul pertama. Ia menulis perkataan Yesus ini di dalam Alkitab secara tidak mungkin salah dengan dituntun oleh Roh Kudus.





J
Lukas 22:19 Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku."

Ibrani 7:24-25 Tetapi, karena Ia tetap selama-lamanya, imamat-Nya tidak dapat beralih kepada orang lain. Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.

Maleakhi 1:11 Sebab dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari nama-Ku besar di antara bangsa-bangsa, dan di setiap tempat dibakar dan dipersembahkan korban bagi nama-Ku dan juga korban sajian yang tahir; sebab nama-Ku besar di antara bangsa-bangsa, firman TUHAN semesta alam.

Yesus sendiri memberikan amanat untuk melakukan ekaristi sebagai peringatan akan Ia. Namun itu bukan berarti bahwa pada ekaristi pengorbanan Yesus berulang lagi, pengorbanan Yesus adalah tetap 1 kali untuk selamanya, namun terus berlangsung.

Berlangsungnya karya penyelamatan ini dirayakan Gereja Katolik dari awal matahari terbit hingga terbenam di seluruh bangsa sesuai dengan nubuat Maleakhi.



J
Yoh 6:48-71

Matius 26:26-28: Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku." Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.

1 Kor 11:27: Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan.

Lihat Tujuh Sakramen di Kitab Suci

Pada injil Yoh 6:48-71, Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Roti Hidupdimana semua orang yang makan daging-Nya dan minum darah-Nya akan beroleh hidup kekal. Orang Yahudi yang mendengar pernyataannya itu menjadi saling bertengkar karena mereka melihat bahwa tidak mungkin Yesus bisa memberikan daging-Nya untuk dimakan (ayat 52), namun Yesus kembali menegaskan pernyataan-Nya dengan menekankan bahwa tubuhnya adalah benar-benar makanan dan darahnya adalah benar-benar minuman (ayat 55). Bahkan murid-murid-Nya merasa pernyataan-Nya sangat keras dan banyak dari mereka yang meninggalkan Dia (ayat 66), bukannya meralat pernyataan-Nya Yesus malah menantang murid-Nya dengan berkata "apakah kamu tidak mau pergi juga?"(ayat 67), maka jelaslah bahwa perkataan Yesus adalah bukan merupakan perumpamaan.

Konsisten dengan kutipan injil yohanes di atas, pada perjamuan terakhir Yesus memberikan roti sebagai tubuh-Nya dan anggur sebagai darah-Nya kepada murid-murid-Nya dengan mengatakan "ambillah, makanlah, inilah tubuhKu" serta "minumlah, sebab inilah darah-Ku". Jika Yesus hendak mengatakan bahwa roti dan anggur adalah simbol belaka maka Ia bisa berkata "inilah simbol/lambang dari tubuh-Ku" atau "inilah simbol/lambang dari darah-Ku".

St. Paulus pada suratnya kepada umat di Korintus mengatakan bahwa orang yang makan roti dan cawan Tuhan secara tidak layak berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan, hal ini tidak memungkinkan jika roti dan cawan Tuhan hanya merupakan simbol. Justru karena roti telah menjadi tubuh Kristus dan anggur telah menjadi darah Kristus, maka kita menjadi berdosa bila memakan/meminumnya dalam keadaan tidak layak.



J
Ignatius of Antioch (murid Rasul Yohanes)

"I have no taste for corruptible food nor for the pleasures of this life. I desire the bread of God, which is the flesh of Jesus Christ, who was of the seed of David; and for drink I desire his blood, which is love incorruptible" (Letter to the Romans 7:3 [A.D. 110]).

"Take note of those who hold heterodox opinions on the grace of Jesus Christ which has come to us, and see how contrary their opinions are to the mind of God. . . . They abstain from the Eucharist and from prayer because they do not confess that the Eucharist is the flesh of our Savior Jesus Christ, flesh which suffered for our sins and which that Father, in his goodness, raised up again. They who deny the gift of God are perishing in their disputes" (Letter to the Smyrnaeans 6:2–7:1 [A.D. 110]).


Justin Martyr

"We call this food Eucharist, and no one else is permitted to partake of it, except one who believes our teaching to be true and who has been washed in the washing which is for the remission of sins and for regeneration [i.e., has received baptism] and is thereby living as Christ enjoined. For not as common bread nor common drink do we receive these; but since Jesus Christ our Savior was made incarnate by the word of God and had both flesh and blood for our salvation, so too, as we have been taught, the food which has been made into the Eucharist by the Eucharistic prayer set down by him, and by the change of which our blood and flesh is nurtured, is both the flesh and the blood of that incarnated Jesus" (First Apology 66 [A.D. 151]).


Irenaeus

"If the Lord were from other than the Father, how could he rightly take bread, which is of the same creation as our own, and confess it to be his body and affirm that the mixture in the cup is his blood?" (Against Heresies 4:33–32 [A.D. 189]).

"He has declared the cup, a part of creation, to be his own blood, from which he causes our blood to flow; and the bread, a part of creation, he has established as his own body, from which he gives increase unto our bodies. When, therefore, the mixed cup [wine and water] and the baked bread receives the Word of God and becomes the Eucharist, the body of Christ, and from these the substance of our flesh is increased and supported, how can they say that the flesh is not capable of receiving the gift of God, which is eternal life—flesh which is nourished by the body and blood of the Lord, and is in fact a member of him?" (ibid., 5:2).


Clement of Alexandria

"’Eat my flesh,’ [Jesus] says, ‘and drink my blood.’ The Lord supplies us with these intimate nutrients, he delivers over his flesh and pours out his blood, and nothing is lacking for the growth of his children" (The Instructor of Children 1:6:43:3 [A.D. 191]).


Tertullian

"[T]here is not a soul that can at all procure salvation, except it believe whilst it is in the flesh, so true is it that the flesh is the very condition on which salvation hinges. And since the soul is, in consequence of its salvation, chosen to the service of God, it is the flesh which actually renders it capable of such service. The flesh, indeed, is washed [in baptism], in order that the soul may be cleansed . . . the flesh is shadowed with the imposition of hands [in confirmation], that the soul also may be illuminated by the Spirit; the flesh feeds [in the Eucharist] on the body and blood of Christ, that the soul likewise may be filled with God" (The Resurrection of the Dead 8 [A.D. 210]).


Hippolytus

"‘And she [Wisdom] has furnished her table’ [Prov. 9:2] . . . refers to his [Christ’s] honored and undefiled body and blood, which day by day are administered and offered sacrificially at the spiritual divine table, as a memorial of that first and ever-memorable table of the spiritual divine supper [i.e.,
the Last Supper]
" (Fragment from Commentary on Proverbs [A.D. 217]).


Origen

"Formerly there was baptism in an obscure way . . . now, however, in full view, there is regeneration in water and in the Holy Spirit. Formerly, in an obscure way, there was manna for food; now, however, in full view, there is the true food, the flesh of the Word of God, as he himself says: ‘My flesh is true food, and my blood is true drink’ [John 6:55]" (Homilies on Numbers 7:2 [A.D. 248]).


Cyprian of Carthage

"He [Paul] threatens, moreover, the stubborn and forward, and denounces them, saying, ‘Whosoever eats the bread or drinks the cup of the Lord unworthily, is guilty of the body and blood of the Lord’ [1 Cor. 11:27]. All these warnings being scorned and contemned—[lapsed Christians will often take Communion] before their sin is expiated, before confession has been made of their crime, before their conscience has been purged by sacrifice and by the hand of the priest, before the offense of an angry and threatening Lord has been appeased, [and so] violence is done to his body and blood; and they sin now against their Lord more with their hand and mouth than when they denied their Lord" (The Lapsed 15–16 [A.D. 251]).


Council of Nicaea I

"It has come to the knowledge of the holy and great synod that, in some districts and cities, the deacons administer the Eucharist to the presbyters [i.e., priests], whereas neither canon nor custom permits that they who have no right to offer [the Eucharistic sacrifice] should give the Body of Christ to them that do offer [it]" (Canon 18 [A.D. 325]).


Aphraahat the Persian Sage

"After having spoken thus [at the Last Supper], the Lord rose up from the place where he had made the Passover and had given his body as food and his blood as drink, and he went with his disciples to the place where he was to be arrested. But he ate of his own body and drank of his own blood, while he was pondering on the dead. With his own hands the Lord presented his own body to be eaten, and before he was crucified he gave his blood as drink" (Treatises 12:6 [A.D. 340]).


Cyril of Jerusalem

"The bread and the wine of the Eucharist before the holy invocation of the adorable Trinity were simple bread and wine, but the invocation having been made, the bread becomes the body of Christ and the wine the blood of Christ" (Catechetical Lectures 19:7 [A.D. 350]).

"Do not, therefore, regard the bread and wine as simply that; for they are, according to the Master’s declaration, the body and blood of Christ. Even though the senses suggest to you the other, let faith make you firm. Do not judge in this matter by taste, but be fully assured by the faith, not doubting that you have been deemed worthy of the body and blood of Christ. . . . [Since you are] fully convinced that the apparent bread is not bread, even though it is sensible to the taste, but the body of Christ, and that the apparent wine is not wine, even though the taste would have it so, . . . partake of that bread as something spiritual, and put a cheerful face on your soul" (ibid., 22:6, 9).


Ambrose of Milan

"Perhaps you may be saying, ‘I see something else; how can you assure me that I am receiving the body of Christ?’ It but remains for us to prove it. And how many are the examples we might use! . . . Christ is in that sacrament, because it is the body of Christ" (The Mysteries 9:50, 58 [A.D. 390]).


Theodore of Mopsuestia

"When [Christ] gave the bread he did not say, ‘This is the symbol of my body,’ but, ‘This is my body.’ In the same way, when he gave the cup of his blood he did not say, ‘This is the symbol of my blood,’ but, ‘This is my blood’; for he wanted us to look upon the [Eucharistic elements] after their reception of grace and the coming of the Holy Spirit not according to their nature, but receive them as they are, the body and blood of our Lord. We ought . . . not regard [the elements] merely as bread and cup, but as the body and blood of the Lord, into which they were transformed by the descent of the Holy Spirit" (Catechetical Homilies 5:1 [A.D. 405]).


Augustine

"Christ was carried in his own hands when, referring to his own body, he said, ‘This is my body’ [Matt. 26:26]. For he carried that body in his hands" (Explanations of the Psalms 33:1:10 [A.D. 405]).

"I promised you [new Christians], who have now been baptized, a sermon in which I would explain the sacrament of the Lord’s Table. . . . That bread which you see on the altar, having been sanctified by the word of God, is the body of Christ. That chalice, or rather, what is in that chalice, having been sanctified by the word of God, is the blood of Christ" (Sermons 227 [A.D. 411]).

...

"What you see is the bread and the chalice; that is what your own eyes report to you. But what your faith obliges you to accept is that the bread is the body of Christ and the chalice is the blood of Christ. This has been said very briefly, which may perhaps be sufficient for faith; yet faith does not desire instruction" (ibid., 272).


Council of Ephesus

"We will necessarily add this also. Proclaiming the death, according to the flesh, of the only-begotten Son of God, that is Jesus Christ, confessing his resurrection from the dead, and his ascension into heaven, we offer the unbloody sacrifice in the churches, and so go on to the mystical thanksgivings, and are sanctified, having received his holy flesh and the precious blood of Christ the Savior of us all. And not as common flesh do we receive it; God forbid: nor as of a man sanctified and associated with the Word according to the unity of worth, or as having a divine indwelling, but as truly the life-giving and very flesh of the Word himself. For he is the life according to his nature as God, and when he became united to his flesh, he made it also to be life-giving" (Session 1, Letter of Cyril to Nestorius [A.D. 431]).

Jelaslah bagi kita bahwa Bapa Gereja awal meyakini ekaristi seperti yang diyakini oleh Gereja katolik yaitu bahwa:
  • Roti dan anggur pada Ekaristi (setelah dikonsekrasi) adalah benar-benar merupakan Tubuh dan darah Kristus
  • Pernyataan Yesus tentang tubuh dan darahNya (merupakan makanan dan minuman (Roti Hidup)) adalah literal (bukan perumpamaan), bahkan pada saat perjamuan terakhir
  • Karya penyelamatan Yesus terus berlangsung dan dirayakan di dalam Ekaristi



J
Lukas 22
22:19 Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku."

Kata "peringatan" dalam ayat Lukas 22:19 itu berasal dari bahasa Yunani "Anamnesis" yang mempunyai arti "peringatan akan suatu peristiwa dengan menghadirkan kembali peristiwa dahulu itu ke masa sekarang"

Sesuai dengan pengertian tersebut, di bagian "anamnese" dalam liturgi ekaristi, kurban Yesus Kristus itu dihadirkan kembali secara nyata sehingga dengan demikian pula kita bisa memperingati secara nyata misteri karya agung keselamatan Yesus Kristus.

Pengurbanan Yesus terjadi hanya sekali dan itu adalah untuk selamanya, tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Katolik tidak pernah mengorbankan Yesus berkali-kali, akan tetapi pengorbanan yang satu kali itu dihadirkan kembali dalam sakramen ekaristi dan dirayakan terus-menerus dari matahari terbit hingga terbenam di seluruh bumi.



J
Yohanes 6:53-55
Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.
Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.
Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.
6:56 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.

1 Korintus 10:16-1710:16 Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus?
10:17 Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.

Yesus menyatakan bahwa "daging-Nya adalah benar-benar makanan, dan makanan ini adalah Roti dari surga yang menyelamatkan (Yoh 6:33)" dan pokok iman ini yang terus dipercayai dan diakui oleh katolik sejak Gereja perdana sampai sekarang, yaitu Roti/hosti yang sudah dikonsekrasi adalah benar-benar Tubuh Kristus dan anggur benar-benar Darah Kristus. Dan hal ini juga yang ditolak atau diterima sebagian oleh kaum protestan.

Tubuh dan Darah Kristus yang diterima dalam persatuan Gereja-Nya mengikat diri orang katolik menjadi satu kesatuan dengan umat beriman di seluruh dunia, dan satu kesatuan itu berada dalam iman yang sama yaitu kepada Yesus Kristus yang mempercayakan Gereja yang dipimpin Paus untuk menyelenggarakan sakramen dan melakukan perubahan Roti dan anggur menjadi Tubuh dan Kristus.

Ekaristi/perjamuan kudus protestan tidak diselenggarakan dalam persekutuan dengan Gereja Kristus, tidak dalam suksesi apostolik yang sah, dan dalam kepercayaan iman akan perubahan Roti dan Anggur yang tidak sama dengan iman katolik..partisipasi aktif dalam kebaktian protestan akan membahayakan iman katolik dan keselamatan dari orang yang mengikutinya.


J
Pre-eksistensi Kristus.

Yoh 1:1-18 : Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Yohanes memberi kesaksian tentang Dia dan berseru, katanya: "Inilah Dia, yang kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku." Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia; sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.

Fil 2:5-11 : Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Roma 8:32 : a, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?
J
Paradoks dimana Allah dan Kristus adalah “satu” tetapi juga sekaligus Bapa “lebih besar” daripada-Nya. Kita bertemu dengan Allah sendiri, dan bukan sekedar mahluk surgawi.

Yoh 10:30 : Aku dan Bapa adalah satu.

Yoh 14:28 : Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku.
J
Triade Bapa, Putra dan Roh Kudus, ketiga nama dideretkan, namun dalam makna ketat, tidak memiliki pengertian tentang Trinitas maupun keesaan Allah.

2Kor 13:13 : Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.

Mat 28:19 : Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
J
Tuhan yang satu. Roh yang satu. Bahkan Mat 28:19 menggunakan bentuk tunggal untuk kata ‘nama’ dalam bahasa Yunani yaitu ‘onoma’.
* Rm 8:1-2 --> Roh Kudus disebut sebagai “Roh yang memberi hidup”.

1Kor 8:6 : namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.

Gal 3:20 : Seorang pengantara bukan hanya mewakili satu orang saja, sedangkan Allah adalah satu.

1Tim 2:5 : Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,

1Kor 12:11-13 : Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya. Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.
J
Roh Kudus disebut sebagai “Roh yang memberi hidup".

Rm 8:1-2 : Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.
J
Roh Kudus dibedakan dari Kristus, disebut sebagai ”Penolong yang lain”

Yoh 14:16 : Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,
J
Roh Kudus disebut sebagai ”Roh Allah kita”

1Kor 6:11 : Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.



J
Ireneus (paruh kedua abad II)

Menekankan keesaan Allah dengan sangat kuat, namun juga memperhatikan perbedaan diantara ketiganya.
Dalam peristiwa penebusan terdapat Bapa dan Putra.
Sejak awal Allah memiliki ‘sabda’ dan ‘kebijaksanaan’ yang bersama-sama dengan-Nya. Lahir dari-Nya sebelum adanya waktu

Titik tolak bukan Tiga pribadi yang ko-eternal tapi pribadi Bapa sangat berperan.
Belum dimungkinan disebut ‘Tiga pribadi ko-eternal’.
Derajat Putra dan Roh Kudus belum dijelaskan dengan baik.
Trinitas ditinjau hanya dari sudut pandang ekonomi keselamatan.
J
Tertulianus (peralihan abad II – III)

Mirip dengan Ireneus, Allah memiliki beserta-Nya, Sabda dan Roh. Dalam ketiga pribadi itu, tidak berarti ada lebih dari satu Allah. Demi ekonomi keselamatan diperlukan tiga pribadi.

Ketiga pribadi berbeda “bukan dalam kondisi melainkan dalam derajat, bukan dalam hakikat melainkan dalam bentuk, bukan dalam kuasa melainkan dalam rupa”.

Logos dikatakan berlainan dengan Bapa “dalam person, bukan substansi, demi pembedaan bukan demi pembagian”.

Istilah “Trinitas” untuk menunjuk tiga pribadi dipakai pertama kali oleh Tertulianus. Demikian juga istilah “persona”.

Kelemahan ajaran ini : Putra disubordinasikan kepada Bapa secara tegas : tidak semartabat tetapi lebih rendah derajatnya.
Misalnya dengan menggunakan contoh akar, cabang dan buah untuk menyatakan kesamaan hakikat dengan perbedaan pribadi.

Namun demikian Tertulianus sudah meletakkan dasar-dasar konsep Trinitas, seperti hakikat dan pribadi yang dikemudian hari akan dipakai oleh Magisterium Gereja.
J
Origenes (paruh pertama abad III)

Menyatakan bahwa Allah itu satu, walaupun tidak dengan jelas ditekankan. Ia beranggapan (dalam arti ketat) hanya Bapa itu Allah. Ke-ilahi-an Putra dan Roh Kudus diturunkan dari ke-ilahi-an Bapa, bersifat sekunder.

Disini Origenes menggunakan istilah hypostasis (keberadaan / keberdikarian individual) untuk membedakan ketiga pribadi, namun memiliki kesatuan dalam keselerasan kehendak.
Kesatuan ini diberi nama homo-ousios (kesatuan hakikat). Konsep yang diterima sebagai dogma dalam konsili ekumenis pertama (Nicea 325).

Dalam konsepnya, Origenes menjelaskan bahwa sang Logos
adalah ciptaan Bapa (Kol 1:15) dan hikmat yang diciptakan (Ams 8:22-25), sekaligus mempertahankan bahwa Bapa dan Putra sehakikat.

Logos sebagai ciptaan tidak diartikan sebagai penciptaan ex-nihilo, tapi diciptakan dalam kekekalan. Konsep ini bisa menjembatani ketegangan paradoks diatas.

Namun Origenes berpendapat bahwa doa hanya boleh ditujukan pada Allah Bapa meskipun melalui Putra dan Roh. Sesuatu yang bahkan Kitab Suci dan Tradisi Suci pun melakukannya.

Origenes menerima penciptaan yang abadi. Bahwa sebelum dunia diciptakan, Allah telah mencitakan mahluk-mahluk rohani yang ko-eternal dengan Allah sendiri. Dunia sejarah baru diciptakan ketika mahluk tersebut jatuh dari pada-Nya.

Sang Putra dilukiskan sebagai perantara antara Bapa dengan mahluk-mahluk tersebut. Jadi dalam konsep Origenes, kelahiran abadi Sang Putra ada dalam konteks penciptaan abadi.

Walaupun memiliki konsep kekekalan yang ‘salah’, Origenes sudah meletakkan landasan pemikiran Trinitas yang imanen, tidak hanya Trinitas dalam ekonomi keselamatan. Sekaligus disini Origenes menjawap tantangan modalisme dengan menyajikan masing2 pribadi dengan kekhasannya masing-masing.
J
Arius (256- 336)

Seorang imam di Aleksandria yang mengajarkan bahwa Kristus tidak sehakikat dengan Allah Bapa. Baginya, “Allah” hanyalah Bapa, Putra adalah ciptaan pertama Bapa dari ketidak adaan (eks ouk ontoôn).
Allah tidak hanya tidak diciptakan, tapi juga tidak dilahirkan (agennètos).

Allah menjadi Bapa ketika menciptakan Putra, dengan demikian ke-Allah-an tidak melekat pada keberadaan Putra melainkan dianugerahkan kepadaNya. Dengan demikian gelar ‘Allah’ dan ‘Tuhan’ pada Putra hanyalah kiasan, dalam arti moral dan bukan dalam arti metafisik.

Roh Kudus adalah ciptaan Logos yang pertama, dengan demikian lebih ‘kurang ilahi’ lagi dibandingkan Logos.

Ajaran Arius adalah hasil dari rasionalisme theologis, dan karenanya menarik minat banyak orang karena kemudahannya untuk dimengerti.

Dalam theology Arius (Arianisme) terdapat subordinasi yang ketat dari Putra (dah Roh Kudus) kepada Bapa (dan Putra). Terdapat tiga keilahian sedemikian rupa sehingga hanya Bapa sajalah Allah yang sesungguhnya, sedang Putra dan Roh Kudus memiliki keilahian yang sekunder.
Kristus dijadikan ‘setengah Allah’. Konsekuensinya, Kristus tidak bisa menjadi kepenuhan wahyu.



J
Konsili Nicea (325)

Kebingungan akan iman Kristiani yang benar menimbulkan keresahan di kalangan umat.
Kaisar Konstantin, Kaisar pertama yang masuk Kristen mengundang konsili ini, dan ia sendiri juga mengedepankan kata kunci untuk menyelesaikan masalah ini : homo-ousios (sehakikat)

note : walaupun dikumpulkan oleh Kaisar, bukan alasan untuk menyangkal sifat ekuminis (umum, sedunia) yang menghasilkan keputusan yang mengikat.
Dalam konsili ini, Gereja menemukan pemahaman imannya yang sekarang, karenanya konsili ini setara dengan konsili ekuminis yang dikumpulkan dan diketuai Sri Paus.

Konsili ini terutama berusaha menentukan posisi ‘Keilahian Yesus’ dengan menolak pandangan Arius dan menegaskan bahwa Sang Putra bukan dijadikan melainkan dilahirkan.

Syahadat Nicea berbunyi :

Kami percaya akan satu Allah, Bapa yang mahakuasa, pencipta segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan.
Dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, lahir dari Bapa, lahir-tunggal, yaitu dari hakikat Bapa, Allah dari Allah, terang dari terang, Allah benar dari Allah benar, dilahirkan bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa, segala sesuatu dijadikan oleh-Nya, baik yang di surga maupun yang di bumi, Ia turun untuk kita dan untuk keselamatan kita, dan Ia menjadi daging dan menjadi manusia, wafat kesengsaraan dan bangkit pada hari yang ketiga, naik ke surga dan akan datang untuk mengadili orang hidup dan orang mati.
Dan akan Roh Kudus.
(DS 125; ND 7).

Dan kemudian sesudah syahadat, menyusul anatema (kutuk, laknat) terhadap bida’ah (Arius) :

Tetapi mereka yang berkata, ‘Pernah Ia (yaitu Putra Allah) tidak ada’ dan ‘Sebelum dilahirkan, Ia tidak ada’, dan bahwa Ia dijadikan dari yang tidak ada, atau orang yang menyatakan bahwa Putra Allah bebeda hypostasis atau hakikat-Nya, atau telah dijadikan, atau mengalami perubahan, mereka itu dikutuk oleh Gereja Katolik.” (DS 126; ND 8)

Hampir semua orang (yang kebanyakan adalah Arian) menandatangani credo tersebut kecuali Arius dan 2 orang temannya yang karenanya dikucilkan.

Point2 penting dalam Konsili Nicea :

1. Menolak ajaran Arius.
2. Menegaskan bahwa Sang Putra dilahirkan, dan bukan dijadikan (ex nihilo, sehingga tidak ada waktu dimana Sang Putra tidak ada). --> Sebagian jawaban buat Valeria.
3. Bapa dan Putra sehakikat.

Permasalahan :
Homo-ousios dipandang lebih sebagai anti arian daripada keinginan untuk menjelaskan hubungan antara Bapa dan Putera
Hubungan Bapa dan Putera (dan Roh Kudus) masih belum dijelaskan dengan mendetail.
Ousia dan Hypostasis masih dipakai secara sinonim untuk menunjukkan kesatuan hakikat.
Lebih banyak menjelaskan tentang ‘keesaan’ tapi kurang menjelaskan pada ‘ketigaan’.
J
Konsili Konstantinopel (381)

Credo Konsili Nicea masih menimbulkan perdebatan penafsiran. 4 orang yang paling menonjol mendukung keputusan konsili Nicea adalah :

Tiga Orang kapadokia :
1. Basilius Agung
2. Gregorius dari Nyssa
3. Gregorius dari Nazianze

Athanasius (295 - 373) :
Konsep homo-ousios sangat penting untuk mengerti dengan tepat Ketuhanan Yesus Kristus dan juga kesatuan antara Allah Bapa dan Putra.

“Mereka itu satu, bukan seperti bila satu benda dibagi menjadi dua bagian, dan kedua bagian ini tak lain tak bukan hanyalah satu, dan juga bukan seperti bila satu hal disebut dengan dua nama, sehingga Yang Sama kadang-kadang menjadi Bapa dan kadang-kadang menjadi Putra-Nya sendiri… Daripada demikian, mereka itu dua karena Sang Bapa itu Bapa danbukan juga Putra, dan Sang Putra itu Putra dan bukan juga Bapa. Tetapi kodrat itu hanya satu.” (Athanasius, op. cit., bab 4, dlm.: EP, no. 768.)

Hanya dengan bepegang pada kesatuan hakikat (homo-ousios) antara Putra dan Bapa, kita dapat mempertahankan iman kita terhadap karya penebusan.

Relevansi dengan Soteriology : dengan menyatakan bahwa Sang Logos adalah mahluk ciptaan, maka Arius meniadakan seluruh kabar keselamatan. Manusia yang termasuk alam ciptaan ini kiranya tidak dapat ‘di-ilahi-kan’ seandainya Putra tidak benar-benar Allah.

Ajaran Athanasius lebih antroposentris dibanding ajaran para Bapa awal yang lebih kosmologis (philosophy of nature).

Athanasius jugalah yang menjelaskan peran Roh Kudus dalam Trinitas, melengkapi ajaran Konsili Nicea.

Melawan aliran Pneumathomakhoi : Ajaran yang setia pada credo Nicea tentang kesatuan hakikat Bapa dan Putra, namun Roh Kudus dikatakan “tidak hanya merupakan mahluk ciptaan, tetapi juga salah satu dari roh-roh pengabdi dan perbedaannya dengan para malaikat Cuma satu tingkat saja”

Athanasius-lah yang mengajarkan bahwa Roh Kudus bukan ciptaan, melainkan sehakikat dengan Allah. Melalui Roh kita mengambil bagian dalam Allah.


Athanasius belum menyebukan konsep yang tepat untuk ‘membedakan’ ketiga ‘pribadi’ atau ‘diri’ dalam Trinitas. Ketiga orang Kapadokia lah yang berjasa mengatasi kekurangan ini.

Basilius Agung, Uskup Kaisarea dan Metropolit Kapadokia, ( … - 379).
Gregorius dari Nyssa, Uskup Nyssa, adik dari Basilius Agung, ( …. – 394).
Gregorius dari Nazianze, Uskup Nazianze, (… - 390).

Tiga orang kapadokia yang pertama kali dengan tegas membedakan konsep ousia dengan hypostasis. Ousia ditujukan untuk menunjuk hakikat (essensi atau kodrat) ilahi yang dimiliki secara bersama-sama oleh ketiga ‘diri’. Sedangkan hypostasis digunakan untuk menunjukkan eksistensi pribadi yang dimiliki oleh masing-masing ‘diri’ Ilahi.

Mereka juga berjasa mempertajam kekhususan ketiga pribadi Tritunggal.
Bapa --> Kebapaan --> ‘Tidak dilahirkan’
Putra --> Keputraan --> ‘Dilahirkan’
Roh Kudus --> Pengudus --> ‘Berasal’

Bapa adalah asas dan asalnya, Putra melaksanakan, dan Roh Kudus yang menyelesaikan pekerjaan.
Menekankan aspek Soteriologis, bagi mereka, ajaran Trinitas dari sudut pandang ‘ekonomis’ lebih penting daripada sudut pandang ‘imanen’.

Argumen utama mereka :
“Manusia tidak mendapat bagian dalam persekutuan Allah yang menguduskan kalau Putra dan roh Kudus tidak sehakikat dengan Bapa.


Ketiga orang Kapadokia membuat theology trinitaris, ajaran yang mempertahankan sungguh-sungguh, kesatuan maupun perbedaan para pribadi ilah, dimungkinkan.
Konsili Konstantinopel, menegaskan ajaran Konsili Nicea sambil memperluas artikel ketiga yang menyangkut Roh Kudus.
J
Syahadat (Nicea -) Konstantinopel (381)

“Kami percaya akan satu Allah, Bapa Yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, dan akan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan.
Dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang tunggal; Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad, terang dari terang, Allah benar dari Allah benar, dilahirkan bukan dijadikan, sehakikat dengan bapa, segala sesuatu dijadikan oleh-Nya.
Ia turun dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita, dan Ia menjadi daging oleh Roh Kudus dari perawan maria, dan menjadi manusia, Ia pun disalibkan untuk kita pada waktu Ponsius Pilatus, Ia wafat kesengsaraan dan dimakamkan, pada hari yang ketiga Ia bangkit menurut Kitab Suci, Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa, Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang mati, Kerajaan-Nya tak akan berakhir.
Dan akan Roh Kudus, Ia Tuhan yang menghidupkan, Ia berasal dari Bapa (dan Putra), Yang serta Bapa dan Putra disembah dan dimuliakan, Ia bersabda dengan perantaraan para nabi. Akan Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Kami mengakui satu baptisan akan penghapusan dosa. Kami menantikan kebangkitan orang mati dan hidup di akhirat. Amin.”
Teks Credo Nicea-Konstantinopel terdapat dalam TPE, Kanisius, Yogyakarta, 1990 (cetakan ke 2), hal 33-34; Madah Bakti, PML, Yogyakarta, 1990 (cetakan ke 80), no 115. Syahadat ini diberi nama ‘syahadat panjang’, sedangkan Syahadat Para Rasul disebut ‘syahadat singkat’.

Signifikansi :
1. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Gereja suatu masalah iman diakhiri secara tuntas dengan wewenang mengajar Gereja.
2. Gereja berhasil menanggulangi desakan pengaruh Hellenisme dalam ajarannya.
3. Gereja menolak konsep filosofis mengenai Allah yang ditawarkan oleh Arius, yang ‘meredefinisi’ kata-kata Alkitab.
4. Gereja tidak mendefinisikan Allah dengan menetapkan dogma tentang Trinitas, namun Gereja bermaksud menunjukkan bahwa Allah sendirilah yang menyatakannya dahulu, dalam Putra-Nya dan sekarang dalam Gereja-Nya.
5. Pengakuan iman Kristen memang mengandung unsur yang bersifat paradoks.
J
St. Agustinus (354 - 430)

Pasca Konsili Nicea-Konstantinopel, St. Agustinus adalah pujangga Gereja yang pendapatnya patut dipertimbangkan.

Lahir di Tagaste, Afrika Utara, mengajar sastra pada usia 21thn di Tagaste, Kartago, dan Roma. Pindah ke Milano pada 384 dan menjadi mahaguru retorika.
Dalam pergumulan hidupnya, ia bertemu dengan St. Ambrosius. Dan berkat doa ibu St. Agustinus, St. Monika, ia kemudian menemukan kebenaran dalam ajaran Kristen.
Pada tahun 387, St. Agustinus ditahbiskan menjadi iman dan kemudian Uskup di Keuskupan Hippo selama 34 tahun.
Ia adalah filsuf terbesar dari jaman Patristika dan teolog paling berpengaruh dari Gereja.

St. Agustinus menggunakan pendekatan ajaran Trinitas yang imanen dan ekonomi keselamatan yang trinitatis.



J
St. Agustinus menekankan pada kesatuan Allah diatas segalanya. Ia berusaha menghindari pandangan konsep ousia dengan paham ‘generik manusia’ dan hypostasis yang dibandingkan dengan individu manusiawi.
Menurutnya, cara pandang seperti ini (yang dikedepankan oleh tiga orang Kapadokia) mengarah kepada politeisme.

Ketiga diri Allah dibayangkan sebagai “relatio”, bukan sebagai ‘diri’, ‘pribadi’ (Latin : persona). Sebab menurutnya, ketiga ‘pribadi’ tersebut bukan sesuatu yang berbeda dalam diri-Nya sendiri, melainkan hanya berbeda dalam relasi-Nya satu sama lain dan kepada dunia.

Ketiga ‘pribadi’ memiliki sifat-sifat yang agung yang melekat pada kesatuannya.
Allah Bapa, dalam arti primer menyatakan tentang Bapa saja, bukan tentang Allah Tritunggal dalam kesatuan-Nya. Dalam arti sekunder, yakni dari sudut pandang mahluk ciptaan, dapat dipandang sebagai Allah Tritunggal.

Dalam arti sekunder, masih dapat dirasakan perbedaan antara ketiga Pribadi. Menyebut Tritunggal sebagai “Bapa” masih mungkin, tapi tidak untuk disebut sebagai “Putera”, karena konsep ke-Putra-an sama sekali tidak bisa dikenakan kepada kedua pribadi lainnya.

Roh Kudus dicirikan sebagai pemberian timbal balik antara Bapa dan Putra, ikatan cinta kasih yang mempersatukan keduanya.
“…. Bukankah Bapa pun ‘Roh’, bukankah Putra juga ‘Roh’? Begitu pula bapa itu ‘Kudus’ dan Putra juga ‘Kudus’. Jadi, untuk memakai suatu nama yang dimiliki bersama oleh Bapa dan Putra, dan oleh karena itu dapat menunjukkan Roh Kudus sebagai persekutuan dari keduanya, maka pemberian mereka berdua dinamakan Roh Kudus.”

Dari sudut pandang St. Agustinus, sebutan Bapa, Putra dan Roh Kudus tidak mengungkapkan suatu perbedaan substansial, kuantitatif maupun kualitatif.
(B. Lohse).

Yang terungkap dari sebutan tersebut adalah suatu Relasi Abadi. Dan bukan relasi yang dalam filasat Aristoteles disebut accidens, sesuatu yang ditambahkan pada hakikat, karena relasi seperti itu dapat berubah.



J
Bukan Trinitas yang berinkarnasi menjadi manusia, disalib dan dimakamkan, bangkit dan naik ke surga, melainkan hanya Putra saja. Demikian juga hanya Roh Kudus saja yang turun atas para rasul pada hari Pantekonsta. Dan hanya Bapa saja yang meneguhkan Yesus pada saat pembaptisan Yesus.

Kemudian, tukar hidup ilahi dalam Tritunggal diperluas dalam dunia ciptaan. St. Agustinus memandang Roh Kudus sebagai caritas, donum dan communitas antara Bapa dan Putra, sekaligus sebagai pemberian Allah kepada umat manusia. Semuanya dengan satu tujuan : memanggil manusia kembali kepada Allah.

Pemanggilan kembali tersebut hanya terjadi di dalam lingkungan Gereja yang dipenuhi Roh Kudus, Gereja adalah bentuk pengungkapan paling konkret dari iman akan Trinitas.

St. Agustinus mengarahkan refleksi iman umat dalam 2 sisi : eksistensi religius individual dalam persekutuan hidup kegerejaan.

Interpretasi seperti inilah yang mampu mempersatukan Gereja, terutama dalam Gereja Barat.
Interpretasi ini juga menghindarkan ajaran Trinitas dari bahaya triteisme.

Tidak ada komentar: